Warga di bawah bayang-bayang gunung berapi Indonesia bersiap menghadapi kehancuran
Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – Sedikitnya 14 orang tewas, puluhan orang terluka dan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal setelah letusan Gunung Semeru pada hari Sabtu.
Dikelilingi oleh pemandangan apokaliptik berupa abu dan lumpur cair, penduduk yang tinggal di bawah bayang-bayang Gunung Semeru di Indonesia menyisir barang-barang yang hancur setelah rumah mereka diselimuti oleh letusan gunung berapi pada hari Sabtu.
Para ayah menggendong anak perempuannya yang tertekan, penduduk desa yang sudah lanjut usia memikul kasur di punggung mereka dan para petani menggendong kambing-kambing yang masih hidup, mencoba menyelamatkan apa yang bisa mereka selamatkan dari tempat di mana desa mereka dulu berada.
“Kami tidak tahu kalau itu lumpur panas,” kata Bunadi, seorang warga Desa Kampung Renteng.
“Tiba-tiba langit menjadi gelap dan hujan serta asap panas turun.”
Letusan tersebut telah menewaskan 14 orang dan melukai 56 lainnya, kata seorang pejabat badan penanggulangan bencana pada hari Minggu.
Jumlah korban luka-luka, 35 di antaranya parah, lebih rendah dari jumlah korban sebelumnya yang mencapai 98 orang. Pejabat tersebut juga mengatakan bahwa 1.300 orang telah dievakuasi.
Bencana ini juga menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal dan ratusan o tempat penampungan.
Di sebuah masjid setempat, para ibu duduk di lantai di samping anak-anak mereka yang sedang tidur, beruntung bisa lolos dari banjir yang menyelimuti seluruh desa dengan abu dan menyebabkan puluhan orang mengalami luka bakar parah.
'Hampir selamat'
Beberapa orang kembali ke kota hantu mereka setelah letusan meskipun ada risiko terhadap kesehatan mereka dari udara kotor, putus asa untuk memungut potongan-potongan dari lautan lumpur yang tajam.
Di sebuah rumah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, piring, panci, dan mangkuk diletakkan di atas meja seolah-olah makan malam sedang disajikan, namun makanannya telah diganti dengan abu vulkanik.
Beberapa orang mencari dengan putus asa teman dan kerabat yang hilang.
“Ada 10 orang yang terbawa arus lumpur,” kata Salim, salah seorang warga Kampung Renteng. “Salah satu dari mereka hampir selamat. Dia disuruh lari tapi dia bilang, ‘Saya tidak bisa, siapa yang akan memberi makan sapi-sapi saya?”
Atap-atap rumah di Desa Sumber Wuluh menyembul dari lapisan lumpur tebal, menunjukkan betapa derasnya air yang menggenangi daerah tersebut.
Sapi-sapi tergeletak mati atau bertahan hidup dengan daging mereka terkoyak oleh panas yang membakar.
Sebatang rokok tergantung di mulut seorang pengungsi saat ia ditarik ke tempat yang aman, sementara para petugas penyelamat yang mengenakan seragam oranye bekerja dengan latar belakang kelabu gelap.
Satu kelompok warga Sumber Wuluh berdiri bersama di tengah-tengah abu, memandang ke arah kawah Semeru saat asap terus mengepul.
Dengan pepohonan yang menghitam dan tak berdaun, mobil-mobil yang terendam, dan bangunan-bangunan yang tertimpa reruntuhan di sekelilingnya, mereka dan hewan-hewan peliharaan mereka menjadi satu-satunya kehidupan yang tersisa di tengah keheningan.
Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan lebih dari 270 juta penduduk, rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas gunung berapi karena terletak di sepanjang “Cincin Api” Pasifik, sebuah rangkaian patahan yang berbentuk tapal kuda.