Indef: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Lemah karena Upah Buruh Stagnan
Slot online terpercaya – TEMPO Interaktif, Jakarta – Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini, menilai pertumbuhan ekonomi pasca pandemi COVID-19 yang berkisar di angka 5 persen menipu. Pasalnya, pertumbuhan tersebut tidak dibarengi dengan kenaikan upah riil bagi para pekerja. “Agak kontradiktif, di satu sisi ada pertumbuhan ekonomi 5 persen, tapi upah riil, pendapatan yang diterima pekerja, tidak naik,” kata Eisha dalam seminar daring bertajuk “Reshuffle Meyembuhkan Ekonomi?”
yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina pada Rabu, 10 September 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Indef, pertumbuhan upah riil pascapandemi hanya sekitar 2 persen. Menurut Eisha, stagnasi pertumbuhan upah riil tersebut disebabkan oleh deindustrialisasi.
Ia menyatakan bahwa pemerintah belum melakukan upaya khusus untuk menumbuhkan sektor manufaktur yang menjadi penopang industri. Akibatnya, kontribusi sektor manufaktur terhadap sektor industri ektor manufaktur terus mengalami penurunan. Menurut data BPS, pada kuartal kedua tahun 2025, industri manufaktur hanya menyumbang 18,67 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Padahal, Eisha menyebutkan bahwa sebelumnya, kontribusi industri manufaktur bisa mencapai lebih dari 20 persen. Eisha melihat deindustrialisasi ini mendorong pergeseran struktur tenaga kerja ke sektor informal. “Sektor informal ini kemudian menimbulkan ketidakstabilan dalam memberikan penghidupan atau pekerjaan yang layak bagi para pekerja,” katanya.
Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University ini juga berharap Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dapat mengevaluasi kebijakan fiskal untuk memberikan stimulus penciptaan lapangan kerja. “Prioritas kebijakan fiskal harus diarahkan pada program-program yang menstimulus pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Eisha.