Danantara Injects US$1.4 Billion Capital into Garuda Indonesia

Danantara Injects US$1.4 Billion Capital into Garuda Indonesia

Danantara Injects US$1.4 Billion Capital into Garuda Indonesia

Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – TEMPO Interaktif, Jakarta – Maskapai penerbangan Garuda Indonesia mengumumkan akan kembali ke posisi ekuitas positif setelah mendapatkan suntikan modal baru sebesar US$ 1,4 miliar (Rp 23,6 triliun), yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari ini, Rabu, 12 November 2025.
Wakil Direktur Utama Garuda Thomas Oentoro mengatakan bahwa penambahan modal tersebut akan menjadikan ekuitas perusahaan menjadi positif sebesar US$349 juta, yang menandai langkah penting dalam pemulihan keuangan perusahaan setelah mengalami kerugian besar selama bertahun-tahun.
Thomas menjelaskan bahwa Garuda telah menyiapkan 11 inisiatif transformasi setelah penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

“Inisiatif-inisiatif tersebut dirancang untuk memperkuat fundamental bisnis, meningkatkan produktivitas, dan memastikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang,” katanya dalam keterangan tertulis kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 7 November 2025.
Dikatakannya Garuda memilih mekanisme PMTHMETD karena adanya kebutuhan mendesak untuk memulihkan ekuitas perusahaan dan mendukung armada pemulihan.
“Mengingat kondisi keuangan perusahaan, mekanisme pendanaan ini merupakan pilihan yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan operasional dan struktural,” katanya.

Suntikan modal tersebut akan berasal dari Danantara, sebuah perusahaan investasi yang didukung oleh negara, yang baru-baru ini menyesuaikan rencana investasinya dari Rp29,8 triliun menjadi US$1,4 miliar (Rp23,6 triliun), sesuai dengan amandemen yang diajukan pada tanggal 29 Oktober 2025.
Dari total dana tersebut, 37 persen (Rp8,7 triliun) akan digunakan untuk modal kerja Garuda, termasuk pemeliharaan dan perbaikan pesawat, sementara 63 persen (Rp14,9 triliun) akan dialokasikan untuk anak perusahaan berbiaya rendah Citilink. Alokasi untuk Citilink meliputi Rp11,2 triliun untuk modal kerja dan Rp3,7 triliun untuk pembayaran utang bahan bakar.

Penambahan modal ini akan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan datang, sebuah langkah yang dianggap penting untuk mencegah kemungkinan delisting Garuda dari Bursa Efek Indonesia.
Tanpa suntikan modal, Garuda diproyeksikan akan tetap berada dalam kondisi ekuitas negatif hingga November 2025, sehingga membatasi aksesnya terhadap pembiayaan.
Perusahaan terus menghadapi tekanan dari meningkatnya biaya pemeliharaan dan upaya peremajaan armada, yang keduanya telah membebani kinerja keuangan.

Hingga kuartal ketiga tahun 2025, Garuda Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar US$180,7 juta (Rp3 triliun), menyusut dari US$129,6 juta (Rp2,1 triliun) pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan usaha mencapai US$2,3 miliar (Rp38,3 triliun), turun dari Rp41,6 triliun di tahun sebelumnya.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal memberikan kontribusi sebesar US$1,8 miliar (Rp29,9 triliun), diikuti oleh layanan sewa (US$299,5 juta) dan pendapatan lainnya (US$245,8 juta).

Beban usaha Garuda mencapai US$2,2 miliar (Rp29,9 triliun), sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,3 miliar (Rp29,9 triliun). Per 30 September 2025, Garuda memiliki total aset sebesar US$6,7 miliar, liabilitas sebesar US$8,2 miliar, dan ekuitas negatif sebesar US$1,5 miliar.