“Keselamatan pasien sejak awal!”: WHO dan UNFPA menyerukan pelayanan kesehatan yang lebih aman bagi setiap bayi dan anak di Indonesia

"Keselamatan pasien sejak awal!": WHO dan UNFPA menyerukan pelayanan kesehatan yang lebih aman bagi setiap bayi dan anak di Indonesia

"Keselamatan pasien sejak awal!": WHO dan UNFPA menyerukan pelayanan kesehatan yang lebih aman bagi setiap bayi dan anak di Indonesia

Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – Jakarta, 17 September 2025 – Pada Hari Keselamatan Pasien Sedunia, Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) menyoroti kebutuhan mendesak untuk membuat layanan kesehatan di Indonesia menjadi lebih aman bagi anak-anak sejak lahir hingga usia sembilan tahun melalui seruan untuk bertindak: “Keselamatan pasien sejak awal!”
Secara global, 1 dari 10 pasien mengalami cedera saat menerima perawatan medis, dan lebih dari 3 juta orang meninggal setiap tahun karena perawatan yang tidak aman. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dampaknya bahkan lebih parah, dengan 4 dari setiap 100 orang meninggal karena perawatan yang tidak aman.

Yang mengkhawatirkan, lebih dari 50% dari bahaya ini dapat dicegah.
Anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi karena tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan dan mereka seringkali tidak dapat menjelaskan apa yang mereka rasakan ketika ada sesuatu yang tidak beres. Tantangan yang umum terjadi adalah protokol keselamatan khusus anak yang tidak memadai, kontrol kualitas obat yang buruk, terbatasnya perawatan spesialis anak, dan kegagalan untuk melibatkan anak-anak dan keluarga sebagai peserta perawatan aktif.

Ketidaksetaraan pedesaan-perkotaan memperparah masalah ini. ps dan menempatkan anak-anak yang paling rentan pada risiko yang lebih besar untuk mendapatkan perawatan yang tidak aman.
“Anak-anak tidak dapat berbicara ketika ada sesuatu yang tidak beres,” kata Dr N.

Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia. “Akses terhadap obat-obatan dan perawatan yang aman, efektif, dan berkualitas baik bukanlah sebuah kemewahan, melainkan hak dasar. WHO akan terus mendukung Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan para mitra untuk membangun sistem kesehatan yang kuat, aman, dan adil yang dapat digunakan oleh semua orang, dari segala usia.”

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah membuat kemajuan besar. Antara tahun 2010 dan 2023, peningkatan kualitas dan keamanan layanan kesehatan – termasuk untuk bayi baru lahir dan anak-anak – berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal dan balita sebesar 39%. Antara tahun 2010 dan 2022, angka kematian anak usia 5 hingga 9 tahun turun lebih dari 32%.

Sejak tahun 2006, Indonesia telah menerapkan sistem pelaporan nasional untuk insiden keselamatan pasien, dan pada tahun 2024, Kementerian Kesehatan memperluas tinjauan terhadap kematian ibu dan bayi baru lahir untuk memperkuat akuntabilitas dan perlindungan. Sejak tahun 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberlakukan pengawasan pasar yang lebih ketat dan memperkenalkan persyaratan praktik produksi dan distribusi yang baik untuk bahan aktif dan eksipien.
Untuk melanjutkan perbaikan ini dan memastikan setiap anak di Indonesia memiliki akses terhadap perawatan yang aman dan berkualitas, ada empat prioritas utama.

Pertama, membuka potensi penuh layanan pediatrik, termasuk dengan menerapkan panduan WHO di seluruh rangkaian layanan. Memperluas skrining kesehatan sekolah – terutama untuk anak usia 5-9 tahun – dan menghubungkannya dengan SATUSEHAT untuk rujukan dan pelacakan hasil akan semakin memperkuat deteksi dini dan tindak lanjut masalah seperti stunting, gangguan penglihatan dan pendengaran, keterlambatan perkembangan, dan kondisi kronis.
Kedua, mengumpulkan dan menggunakan data yang lebih baik untuk mendorong hasil yang lebih kuat.

Sistem pelaporan yang lebih baik – termasuk tinjauan penyebab kematian yang sistematis – akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang di mana anak-anak yang paling berisiko dan mengapa, sehingga dapat membantu menentukan langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. menunjukkan kesenjangan layanan, menyoroti ketidakadilan, memandu alokasi sumber daya dan menciptakan budaya pemantauan, evaluasi dan akuntabilitas.
Ketiga, mengubah kekuatan regulasi menjadi perawatan yang lebih aman.

Kemajuan terbaru dalam praktik manufaktur dan distribusi yang baik, serta pengawasan pasca-pasar dan farmakovigilans, harus dipasangkan dengan tenaga kesehatan terampil yang memastikan resep yang tepat, dosis dan perawatan yang ramah anak. Dengan menyelaraskan pengawasan yang kuat dengan praktik klinis, Indonesia dapat memastikan bahwa setiap anak menerima obat dan perawatan yang tidak hanya efektif, tetapi juga aman dan sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka.
Keempat, memberdayakan keluarga sebagai mitra aktif.

Dengan membuat fasilitas kesehatan lebih berpusat pada anak dan keluarga, serta mendorong orang tua untuk terus mendapatkan informasi, melacak perawatan, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, perawatan dapat menjadi lebih aman, lebih responsif, dan lebih tepercaya.
“Keselamatan bayi baru lahir terkait erat dengan kesehatan ibu dan keselamatan kehamilan dan persalinan. Dan para bidan harus a memainkan peran kunci di sini,” ujar Hassan Mohtashami, Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia.

“Memperkuat kompetensi bidan akan menyelamatkan nyawa ibu dan bayi baru lahir secara global, dan kita dapat mencapainya melalui pendidikan kebidanan berkualitas tinggi yang selaras dengan standar internasional dan pengembangan profesionalisme bidan yang berkelanjutan.”
WHO dan UNFPA akan terus mendukung Kementerian Kesehatan dalam memperkuat keselamatan pasien di seluruh Indonesia. Dengan kerja sama dan komitmen bersama, Indonesia dapat memastikan keselamatan pasien sejak awal.