Semburan lumpur panas di sebuah desa di Sumatra Utara, Indonesia, menghidupkan kembali kekhawatiran akan terjadinya bencana Lapindo lainnya
Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – 30 April 2025 – Semburan lumpur panas mulai muncul di beberapa lokasi di Desa Roburan Dolok, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, memicu kepanikan di kalangan penduduk, yang khawatir akan terulangnya bencana lumpur panas Lapindo. Bupati Mandailing Natal Saipullah Nasution menjelaskan bahwa meskipun beberapa semburan lumpur panas kecil pernah terjadi di desa tersebut beberapa tahun yang lalu, namun dalam beberapa bulan terakhir ini muncul tiga titik semburan baru yang meluas dengan cepat. “Setiap titik baru mencakup sekitar 25 meter persegi, dengan dua atau tiga semburan aktif di setiap lokasi,” ujarnya pada hari Minggu, seperti dilaporkan oleh KompasTV.
“Kami akan mengirimkan surat kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, meminta mereka untuk mengerahkan sebuah tim untuk menilai apakah semburan lumpur itu beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini akan membantu kami untuk menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini,” tambahnya. Badan Lingkungan Hidup Mandailing Natal telah mengambil sampel semburan lumpur untuk dianalisa komposisinya.
Warga Roburan Dolok mengatakan semburan lumpur sangat mengganggu aktivitas mereka. lumpur telah merusak mata pencaharian penduduk desa yang sebagian besar bergantung pada pertanian dan telah mempengaruhi kualitas hidup mereka secara drastis. Khoiruddin, seorang penduduk setempat, menjelaskan bahwa semburan lumpur telah menghancurkan beberapa tanaman karet dan padi serta membuat beberapa lahan pertanian menjadi tidak subur.
Lumpur juga telah mencemari pasokan air bersih di empat desa di dekatnya, sementara gas yang dikeluarkan dari semburan lumpur telah mencemari udara di wilayah tersebut. “Kami telah mengalami semburan lumpur kecil selama bertahun-tahun, tetapi baru-baru ini, lebih banyak semburan muncul, mencakup area yang jauh lebih luas,” katanya. Rianda Purba, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, melaporkan bahwa sejauh ini telah teridentifikasi 21 semburan lumpur aktif di Desa Roburan Dolok.
“Sebagian besar semburan lumpur ini terletak hanya 10 sampai 15 meter dari lokasi pengeboran yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP),” katanya hari Senin. “Perusahaan mengklaim bahwa mereka telah mengebor lokasi tersebut pada tahun 2017 tetapi menghentikan kegiatan mereka karena kurangnya sumber daya panas bumi. Diduga bahwa penyebaran mu dflow terkait dengan operasi perusahaan,” tambah Rianda.
Ia juga menekankan bahwa PT SMGP telah dikaitkan dengan beberapa bencana di wilayah tersebut sejak perusahaan mulai beroperasi pada tahun 2017. Pada bulan Februari tahun lalu, warga Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga -yang terletak sekitar 9 kilometer dari Desa Roburan Dolok- jatuh sakit, muntah-muntah, dan pingsan tidak lama setelah SMGP mulai mengoperasikan sumur panas bumi yang baru saja dibor dengan jarak sekitar 700 meter. Sedikitnya 123 orang dirawat di rumah sakit karena diduga keracunan gas beracun, sementara sekitar 300 orang lainnya dievakuasi.
Insiden serupa terjadi pada tahun 2022 dan 2021, yang berdampak pada puluhan orang dan mengakibatkan lima orang meninggal dunia. Rianda Purba dari Walhi mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan, dan memperingatkan bahwa warga setempat takut akan terulangnya bencana lumpur Lapindo yang dahsyat. “Kita harus belajar dari bencana Lapindo.
Kita tidak ingin warga Mandailing Natal menjadi korban berikutnya dari gunung lumpur,” katanya. Pada bulan Mei 2006, sebuah sawah di Jawa Timur meluap dan meledak. ertengahan tahun lalu, tanah terbelah dan mengeluarkan semburan lumpur panas, yang dipicu oleh kegiatan pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan minyak dan gas PT Lapindo Brantas.
Dalam hitungan hari, semburan lumpur menelan area seluas dua kali luas Central Park, menelan jalan raya, pabrik, dan rumah-rumah penduduk di bawah genangan lumpur yang berbau busuk. Bencana ini merenggut 20 nyawa, membuat hampir 40.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan menimbulkan kerugian lebih dari US$2,7 miliar.
PT SMGP membantah adanya kaitan antara kegiatan operasi mereka dengan semburan lumpur di Desa Roburan Dolok, dan menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan fenomena alam yang telah terjadi di daerah tersebut selama empat tahun terakhir.